Sulit untuk terlelap, sama sulitnya dengan menerka isi hatinya. Aku lelah menjadi wanita lemah. Aku tau tangisan tak mengubah apapun. Tapi tiap kucoba membaca asa nya, datang kembali perih di masa lalu. Mencintainya memang menyakitkan, tapi dia luka yang ku puja.
Terkadang aku malu kepadaMu, datang dengan mata penuh luka. Kadang aku takut, Kau lelah mendengar cerita yang selalu sama. Tapi, aku tidak memiliki rumah yang lain. Karna hanya didepanMu aku bisa mengutarakan seapa adanya aku berucap, menangis sesukaku, bercererita selama yang aku mau. Aku bisa merasakan belaian saat aku bersujud, pelukan saat aku bedoa. Meski aku yang hina sekalipun, Allah selalu ada.
Meski jawaban mengapa aku harus merasakan cinta sekarang belum kudapatkan hingga saat ini, aku menikmati tangisan demi tangisan dihadapanMu.
Mungkin diapun mulai lelah denganku, karna aku yang selalu berlebihan. Mungkin diapun mulai melihat banyak sisi baik diperempun-perempuan lain yang tidak ada di aku. Andai aku bisa berubah secepat yang aku mau. Mungkin dia tidak akan berubah seperti ini. Andai aku seperti wanita-wanita lain yang pernah hadir dihatinya dan dia kagumi, mungkin iapun akan memperlakukn aku layaknya putri seperti yg ia lakukan kepada mereka. Tapi apa daya, ternyata Allah menakdirkannya seperti ini. Kisah cinta pertamaku harus berakhir dengan keikhlasan. Aku adalah aku, hanya seseorang yang mencintainya. Bahkan dmatanya aku adalah aku, yang telah menghentikan langkahnya. Sejujurnya akupun merasa sejak awal, bahwa sikapnya bukanlah kesalahannya. Wajar ia deimikian karna memang aku buknlah seorang putri bahkan wanita di matanya, tapi maafkan lidah ini yang tak mampu untuk diam tak mampu untuk berkata apa yang dirasa oleh hati. Aku sadar ksatriaku mampu mendapatkan yang lebih tapi aku terlalu memenjarainya. Berpetualanglah kembali, karna tanpa akupun kamu tetaplah kamu. Sang ksatria.
My World
Jumat, 28 Agustus 2015
Sabtu, 11 Juli 2015
I'm not a pretty queen
Who's daisy? Berapakali pertanyaan itu terlintas difikiran. Ya seperti sekarang, kebiasaan perempuan jika sudah membuka sosial medianya seperti instagram pasti segala hal dilihat. Akupun begitu. Berawal dari iseng, semua foto aku lihat satu persatu. Dan sampai aku melihat foto dia (lagi). Aku tersenyum melihat sosok perempuan yang ada di foto tersebut. Akupun melanjutkan untuk melihat akunnya dan membuka semua fotonya, dari yang dia post sendiri sampai yang di tag oleh orang lain. 15 menit lamanya baru aku (mungkin) merasa puas, lalu beralih untuk mendengarkan musik dan tertidur. Mata terpejam, musik mengalun, namun hati dan fikiran merasa gelisah.
"Penyakit lamaku kambuh lagi" kataku dalam hati.
Kadang aku pernasaran, apa hanya aku yang merasakan seperti ini? 2 jam lamanya fikiran dan hati aku biarkan melakukan apa yang mereka mau. Toh aku tau gelisah ini sulit sekali hilang, seminggupun dia setia datang. Jadi aku memilih untuk menikmatinya saja, rasa perih tanpa sebab yang mungkin suatu saat akan kurindukan?
Gadis itu, adik kelas disekolahku. Aku dan dia tidak ada hubungan khusus. Hanya sekedar saling tau. Akupun mengenal dia sejak dia duduk di bangku SMP dan aku duduk di kelas 10 SMA ketika dia menjalin hubungan dengan kakak kelas yang kebetulan satu ekskul denganku. Dia cantik, sangat cantik. Cantik yang sempurna yang baru aku tau yang dia dapat dari ayah dan ibunya yang juga berparas sempurna. Ntah masih bisakah dia disebut manusia, karna mungkin lebih pantas disebut malaikat. Wajah oval dengan pipi chubby yang pas, mata bulat yang dihiasi bulu mata yang lentik dan panjang serta alis tebal yang rapih, hidung mancung mungil, badan tinggi serta langsing hasil dari latihan basket yang rutin, dan kulit putih bersih seperti bayi yang tidak bisa menghitam. Ohya nilai plus pula dengan senyum manis dengan gigi rapih dengan gingsul yang mungil. Sulit dipercaya perempuan cantik seperti ini bisa aku lihat dengan mata kepala aku sendiri, bahkan satu sekolah denganku bukan sekedar yang hanya dapat dilihat dimajalah atau TV. Semua suka padanya, adik dan kakak kelas perempuan dan pastinya para laki-laki. Akupun salah satu yang mengagumi kesempurnaannya sejak awal melihat dia. Tapi aku sama sekali tidak mengira, kecantikannya akan menjadi kegelisahan dihati.
Perempuan sempurna, siapa yang tidak menyukainya? Terutama para laki-laki yang bisa jatuh cinta dalam satu kali pandangan termasuk ksatriaku. Ksatriakupun hanya lelaki biasa, lelaki normal yang juga bisa menyukai perempuan-perempuan cantik seperti dia. Bahkan ksatriaku menyukai perempuan itu sebelum dia kenal aku. Itu sudah lama, dan sudah berlalu. Sayang sakitnya tidak berlalu.
Perempuan itupun tidak tau dibalik senyum yang aku berikan tiap bertemu mengandung makna lain. Perempuan itu tidak tau bahwa sebenarnya aku ingun sekali menangis dan memohon kepadanya untuk tidak muncul didepanku, karna parasnya terlalu menyakitkan untuku. Sungguh aku tidak menyalahkan sempurnanya dia, tapi melihatnya membuat aku merasa malu. Andai dia tau, bahwa dia berhasil membuat ksatriaku terpana. Andai dia tau sebelum semua orang memuji keserasian antara kami, ksatriaku pernah lebih dulu mencintai dia. Andai dia tau, aku dan ksatria yang orang-orang puji keromantisannya ada karna ketidakmampuan ksatriaku untuk menggapai dia.
Andai dia tau, dia pasti mengerti bagaimana sakitnya aku melihat wajahnya.
Lagi-lagi aku tersenyum menuliskan ini semua. Karna memang dia tidak akan tau dan tidak perlu tau. Aku bisa malu sendiri jika semua orang tau aku iri dengan kecantikannya, aku bisa disebut tidak tau diri. Memangnya aku siapa?
Karna bagaimanapun usahaku, aku tetaplah aku. Dan bagaimanapun dia, dia tetaplah yang sempurna dan yang dicinta
"Penyakit lamaku kambuh lagi" kataku dalam hati.
Kadang aku pernasaran, apa hanya aku yang merasakan seperti ini? 2 jam lamanya fikiran dan hati aku biarkan melakukan apa yang mereka mau. Toh aku tau gelisah ini sulit sekali hilang, seminggupun dia setia datang. Jadi aku memilih untuk menikmatinya saja, rasa perih tanpa sebab yang mungkin suatu saat akan kurindukan?
Gadis itu, adik kelas disekolahku. Aku dan dia tidak ada hubungan khusus. Hanya sekedar saling tau. Akupun mengenal dia sejak dia duduk di bangku SMP dan aku duduk di kelas 10 SMA ketika dia menjalin hubungan dengan kakak kelas yang kebetulan satu ekskul denganku. Dia cantik, sangat cantik. Cantik yang sempurna yang baru aku tau yang dia dapat dari ayah dan ibunya yang juga berparas sempurna. Ntah masih bisakah dia disebut manusia, karna mungkin lebih pantas disebut malaikat. Wajah oval dengan pipi chubby yang pas, mata bulat yang dihiasi bulu mata yang lentik dan panjang serta alis tebal yang rapih, hidung mancung mungil, badan tinggi serta langsing hasil dari latihan basket yang rutin, dan kulit putih bersih seperti bayi yang tidak bisa menghitam. Ohya nilai plus pula dengan senyum manis dengan gigi rapih dengan gingsul yang mungil. Sulit dipercaya perempuan cantik seperti ini bisa aku lihat dengan mata kepala aku sendiri, bahkan satu sekolah denganku bukan sekedar yang hanya dapat dilihat dimajalah atau TV. Semua suka padanya, adik dan kakak kelas perempuan dan pastinya para laki-laki. Akupun salah satu yang mengagumi kesempurnaannya sejak awal melihat dia. Tapi aku sama sekali tidak mengira, kecantikannya akan menjadi kegelisahan dihati.
Perempuan sempurna, siapa yang tidak menyukainya? Terutama para laki-laki yang bisa jatuh cinta dalam satu kali pandangan termasuk ksatriaku. Ksatriakupun hanya lelaki biasa, lelaki normal yang juga bisa menyukai perempuan-perempuan cantik seperti dia. Bahkan ksatriaku menyukai perempuan itu sebelum dia kenal aku. Itu sudah lama, dan sudah berlalu. Sayang sakitnya tidak berlalu.
Perempuan itupun tidak tau dibalik senyum yang aku berikan tiap bertemu mengandung makna lain. Perempuan itu tidak tau bahwa sebenarnya aku ingun sekali menangis dan memohon kepadanya untuk tidak muncul didepanku, karna parasnya terlalu menyakitkan untuku. Sungguh aku tidak menyalahkan sempurnanya dia, tapi melihatnya membuat aku merasa malu. Andai dia tau, bahwa dia berhasil membuat ksatriaku terpana. Andai dia tau sebelum semua orang memuji keserasian antara kami, ksatriaku pernah lebih dulu mencintai dia. Andai dia tau, aku dan ksatria yang orang-orang puji keromantisannya ada karna ketidakmampuan ksatriaku untuk menggapai dia.
Andai dia tau, dia pasti mengerti bagaimana sakitnya aku melihat wajahnya.
Lagi-lagi aku tersenyum menuliskan ini semua. Karna memang dia tidak akan tau dan tidak perlu tau. Aku bisa malu sendiri jika semua orang tau aku iri dengan kecantikannya, aku bisa disebut tidak tau diri. Memangnya aku siapa?
Karna bagaimanapun usahaku, aku tetaplah aku. Dan bagaimanapun dia, dia tetaplah yang sempurna dan yang dicinta
Sabtu, 04 Juli 2015
From Angellina Fransisca
Dulu kusebut ini air mata kesedihan, menikah dengan lelaki pilihan Ummi, yang sedikitpun aku tak punya hati & perasaan padanya.
Namun kini kusebut airmata ini sebagai airmata penutup kesedihan, karena ternyata setelah airmata itu habis, habis pula rasa sedih, gundah, sendiri, sakit, dan semua berganti menjadi senyum dan tawa bahagia.
Menikah dalam ridha Allah dan ridha orangtua adalah anugrah yang luar biasa. Tak banyak manusia yg bisa menjalani hal seperti ini. Dan kami amat sangat teramat bersyukur.
Tak sedikitpun kami berani mengotori kesucian pernikahan dengan bermaksiat dan mengkhianati Allah, jangankan berpegangan tangan, berpelukan dan zina lainnya, bertatap mata saja tak mampu kami lakukan..
Namun kini kusebut airmata ini sebagai airmata penutup kesedihan, karena ternyata setelah airmata itu habis, habis pula rasa sedih, gundah, sendiri, sakit, dan semua berganti menjadi senyum dan tawa bahagia.
Menikah dalam ridha Allah dan ridha orangtua adalah anugrah yang luar biasa. Tak banyak manusia yg bisa menjalani hal seperti ini. Dan kami amat sangat teramat bersyukur.
Tak sedikitpun kami berani mengotori kesucian pernikahan dengan bermaksiat dan mengkhianati Allah, jangankan berpegangan tangan, berpelukan dan zina lainnya, bertatap mata saja tak mampu kami lakukan..
Hari demi hari sebelum akad dilaksanakan, aku diam tak bisa berkata apa2, hanya berharap Allah sang maha pembolak balik hati hambaNya, sang pemilik Cinta & Kasih Sayang, menurunkan Rahmatnya bagiku agar bisa mencintai suamiku seutuhnya kelak setelah aku sah menjadi istrinya.
Dan, maha Besar Allah dengan segala kekuasaanNya, Allah dengar doaku, Allah kabulkan permintaanku,
Ternyata ini lah cinta yang sebenar-benarnya Cinta, yang datang dan turunnya langsung dari Allah, cinta dalam ridha Allah & ridha Orangtuaku.
Bukan cinta yg dibangun atas dasar nafsu, karena indahnya paras, karena melimpahnya harta, karena kedudukannya yg tinggi,
Bukan cinta yg dibangun atas bisikan dan godaan syaithan yang terkutuk!
Bagaimana caranya kamu berharap agar rumahtanggamu ada dalam sakinah, mawaddah dan warahmah sedangkan ketiga hal itu adalah milik Allah dan kamu khianati Allah dengan bermaksiat padaNya?
Bagaimana kamu mengharap rumahtanggamu ada dalam ridha Allah namun cintamu pada dia yg kamu cintai malah membuatNya murka?!!!
Bagaimana bisa kamu mencintai dia yang kamu cintai dengan cara menjerumuskannya ke dalam neraka?!
Ternyata ini lah cinta yang sebenar-benarnya Cinta, yang datang dan turunnya langsung dari Allah, cinta dalam ridha Allah & ridha Orangtuaku.
Bukan cinta yg dibangun atas dasar nafsu, karena indahnya paras, karena melimpahnya harta, karena kedudukannya yg tinggi,
Bukan cinta yg dibangun atas bisikan dan godaan syaithan yang terkutuk!
Bagaimana caranya kamu berharap agar rumahtanggamu ada dalam sakinah, mawaddah dan warahmah sedangkan ketiga hal itu adalah milik Allah dan kamu khianati Allah dengan bermaksiat padaNya?
Bagaimana kamu mengharap rumahtanggamu ada dalam ridha Allah namun cintamu pada dia yg kamu cintai malah membuatNya murka?!!!
Bagaimana bisa kamu mencintai dia yang kamu cintai dengan cara menjerumuskannya ke dalam neraka?!
Dan aku dipersatukan oleh lelaki yang semasa mudanya selalu menundukan hati dan pandangannya, yang membuat aku tenang ketika ia bekerja ditempat yang jauh
Dan aku dipersatukan oleh lelaki yang semasa mudanya selalu mengerjakan hal-hal bermanfaat tidak tergoda untuk berkumpul tak jelas dengan teman-temannya, yang membuat dia betah dirumah dan hanya keluar untuk bekerja atau mengajaku jalan-jalan.
Dan aku dipertemukan dengan lelaki yang pandai memilih sahabat yang soleh, yang membuatku tentram ketika mereka berkumpul karna suamiku terus bertambah ilmunya
Dan aku dipertemukan dengan lelaki yang mengerti apa itu CINTA, yang rela menungguku bertahun tahun dari kejauhan, yang tau bagaimana cara menjemputku dengan istimewa, yang mempersembahkan kesucian hati dan matanya sebagai hadiah terindah yang pernah aku dapatkan, yang selalu berkata "kau hanya istri diduniaku, dan diakhirat nanti kau akan menjadi bidadariku yang abadi"
Listen to My Deep Heart
Jangan Jadikan Aku Istrimu
JANGAN jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain.
Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yang terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. Kamu tahu betul, kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen bersama.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku.
Anak dan rumah bukan hanya kewajibanku, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu. Dan jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku. Karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu.
Kamu harus tahu kekurangan fisik yang kau rasakan tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku bahkan sama sekali tidak terlihat oleh hatiku, dan prestasimu membuatku bangga bukan justru terluka.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah.
Kamu harus tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga.
Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu, tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.
Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena terburu-buru.
Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu perempuan saja.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istana.
Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan, karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.
Jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku.
JANGAN jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain.
Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yang terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. Kamu tahu betul, kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen bersama.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku.
Anak dan rumah bukan hanya kewajibanku, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu. Dan jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku. Karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu.
Kamu harus tahu kekurangan fisik yang kau rasakan tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku bahkan sama sekali tidak terlihat oleh hatiku, dan prestasimu membuatku bangga bukan justru terluka.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah.
Kamu harus tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga.
Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu, tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.
Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena terburu-buru.
Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu perempuan saja.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istana.
Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan, karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.
Jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku.
Jumat, 03 Juli 2015
Istiqomah
Mampukah aku bertahan sampai waktunya tiba?
Berjarakpun aku tak mampu
Sulit menahan rindu
Berat mengatur cemburu
Itulah aku
Kadang aku berfikir, salahkah aku?
Salahkah jika aku ingin matamu tercipta hanya untuk memandangku?
Jika aku hanya ingin bibirmu tercipta hanya untuk bersenda gurau denganku?
Jika aku hanya ingin tanganmu tercipta hanya untuk menyentuhku?
Karna yang hatiku tau kamu hanya miliku
Bukan berarti kau tak begitu
Justru karna kau tak pernah menghianatiku membuat aku semakin ingin menjagamu
Sebenarnya diri ini sudah siap, berjarak untuk memperbaiki diri
Namun ternyata hati ini sulit menerima
Karna ia terbiasa dengan hangat yang kau persembahkan
Bantu aku, ajarkan aku
Untuk tidak menangis disaat jauh
Untuk tidak terpengaruh dari cemburu tak beralasan
Untuk tidak terbuai dengan suara suara setan
Karna akan tiba waktunya
Kau terlelap atas belaian rambut dari tanganku
Dan terbangun atas usapan pipi dari jariku
Waktuku tak banyak, masih banyak yang harus aku pelajari untuk menjadi pendampingmu
Datanglah saat tulang rusukmu sudah sempurna, beri sedikit waktu
Karna memang sulit dan menyakitkan, dari ribuan ujian kalita hanya memiliki keyakinan
Tapi percayalah, sejauh apapun kita dipisahkan oleh semesta
Allah selalu memberi jalan untuk bersatu
Karna jiwa akan menemukan raganya
Dan tulang rusuk tidak ada yang tertukar
Karna yang baik akan dipersatukan dengan yang baik
Jadi berikan aku waktu,
Untuk menyamai derajatmu
Berjarakpun aku tak mampu
Sulit menahan rindu
Berat mengatur cemburu
Itulah aku
Kadang aku berfikir, salahkah aku?
Salahkah jika aku ingin matamu tercipta hanya untuk memandangku?
Jika aku hanya ingin bibirmu tercipta hanya untuk bersenda gurau denganku?
Jika aku hanya ingin tanganmu tercipta hanya untuk menyentuhku?
Karna yang hatiku tau kamu hanya miliku
Bukan berarti kau tak begitu
Justru karna kau tak pernah menghianatiku membuat aku semakin ingin menjagamu
Sebenarnya diri ini sudah siap, berjarak untuk memperbaiki diri
Namun ternyata hati ini sulit menerima
Karna ia terbiasa dengan hangat yang kau persembahkan
Bantu aku, ajarkan aku
Untuk tidak menangis disaat jauh
Untuk tidak terpengaruh dari cemburu tak beralasan
Untuk tidak terbuai dengan suara suara setan
Karna akan tiba waktunya
Kau terlelap atas belaian rambut dari tanganku
Dan terbangun atas usapan pipi dari jariku
Waktuku tak banyak, masih banyak yang harus aku pelajari untuk menjadi pendampingmu
Datanglah saat tulang rusukmu sudah sempurna, beri sedikit waktu
Karna memang sulit dan menyakitkan, dari ribuan ujian kalita hanya memiliki keyakinan
Tapi percayalah, sejauh apapun kita dipisahkan oleh semesta
Allah selalu memberi jalan untuk bersatu
Karna jiwa akan menemukan raganya
Dan tulang rusuk tidak ada yang tertukar
Karna yang baik akan dipersatukan dengan yang baik
Jadi berikan aku waktu,
Untuk menyamai derajatmu
Kamis, 02 Juli 2015
A Rainbow After Rain
Selalu, rencana Allah adalah yang terbaik.
Meski kali ini tak terfikir akan berakhir seperti ini.
Masa sulit, tanpa diduga akhirnya kita berdua mengalaminya.
Untuk satu setengah tahun ini baru kali ini kita mengalami masalah sehebat ini. Lucu memang, karna kenyataannya masalahnya tak berbeda seperti yang sudah-sudah. Bahkan sebenarnya kita mampu menyelesaikannya kuram dari 60 menit seperti biasanya. Lalu kenapa bisa menyulitkan?
Rindu, aku cukup yakin dengan alasan ini. Karna memang harus disadari sudah hampir sebulan kita tidak berinteraksi dari hati ke hati. Sekelas, namun tak bisa bersenda gurau. Waktu pertemuan yang terbatas dan saling menjaga diri. Mungkin di awal sekedar senyum dan sapa sudah cukup menghangatkan kita. Tapi hati tak terbiasa. Aku adalah sebagian dari satu jiwamu. Kamupun begitu, dan jiwa akan terus terasa kosong hingga menjadi utuh.
Sadarkah kita? Kerinduan yang kita lupakan karna kesibukan kita masing-masing. Kau dengan segala soal-soal fisikamu dan aku dengan semua urusan organisasiku. Mungkin kita bisa mencoba tak acuh, tapi lupa hati takan bisa dipaksa. Kita membutuhkan satu sama lain.
Dan puncaknya pun terjadi hari itu. Kita saling menyakiti satu sama lain. Kita saling menyalahkan satu sama lain, merasa yang paling disakiti. Kita mulai tak bersuara. Diam, berharap disapa terlebih dahulu. Namun selama apapun menunggu, tak akan pernah bertemu. Karna tidak ada yang mencoba mencari.
Sampai akhirnya kita dipisahkan. Hanya berbeda kelas namun sangat menyakitkan untuku, atau mungkin kamu juga? Amarah dan kekecewaan atas takdir membuat kita memilih untuk lebih lama untuk berdiam.
Allah melihat, melihat bagaimana kacaunya kita. Tapi Allahpun mendengar bagaimana tangis penuh harap dua manusia yang saling mendoakan. Kita merasa ini musibah, bagiNya ini adalah hadiah. Sadarkah? Ujian kemarin memang sangat menyakitkan, namun juga sangat berarti. Bukankah dalam diam kita saling berfikir? Bukankah dalam perih kita semakin sering merindu? Bahkan doa semakin dalam terucap.
Aku kagum dengan kesabaranmu yang luar biasa. Istiqomahmu atas aku bukan sekedar manis dimulut. Lagi-lagi kamu berhasil memadamkan apiku. Hanya dengan tatapan mata itu. Yang sampai saat ini masih terbayang ditiap kedipanku.
Mungkin api sering mencairkan es. Namun air mampu kembali menjadi es. Karna itulah, you gonna be my ice forever.
Aku masih harus banyak belajar dari kamu. Kamu layaknya buku yang tak berujung. Tiap lembar penuh hal hal baru yang asing namun menarik. Buku unik yang tak sembarang orang berani membacanya. Tapi aku akan terus membaca buku itu. Jadi biarkan aku membacamu, dengan caraku.
Terimakasih, untuk semua masalah yang pernah ada bahkan luka terdalam yang kamu rasakan kamu terus berkata "aku belum lelah berjuang"
Meski kali ini tak terfikir akan berakhir seperti ini.
Masa sulit, tanpa diduga akhirnya kita berdua mengalaminya.
Untuk satu setengah tahun ini baru kali ini kita mengalami masalah sehebat ini. Lucu memang, karna kenyataannya masalahnya tak berbeda seperti yang sudah-sudah. Bahkan sebenarnya kita mampu menyelesaikannya kuram dari 60 menit seperti biasanya. Lalu kenapa bisa menyulitkan?
Rindu, aku cukup yakin dengan alasan ini. Karna memang harus disadari sudah hampir sebulan kita tidak berinteraksi dari hati ke hati. Sekelas, namun tak bisa bersenda gurau. Waktu pertemuan yang terbatas dan saling menjaga diri. Mungkin di awal sekedar senyum dan sapa sudah cukup menghangatkan kita. Tapi hati tak terbiasa. Aku adalah sebagian dari satu jiwamu. Kamupun begitu, dan jiwa akan terus terasa kosong hingga menjadi utuh.
Sadarkah kita? Kerinduan yang kita lupakan karna kesibukan kita masing-masing. Kau dengan segala soal-soal fisikamu dan aku dengan semua urusan organisasiku. Mungkin kita bisa mencoba tak acuh, tapi lupa hati takan bisa dipaksa. Kita membutuhkan satu sama lain.
Dan puncaknya pun terjadi hari itu. Kita saling menyakiti satu sama lain. Kita saling menyalahkan satu sama lain, merasa yang paling disakiti. Kita mulai tak bersuara. Diam, berharap disapa terlebih dahulu. Namun selama apapun menunggu, tak akan pernah bertemu. Karna tidak ada yang mencoba mencari.
Sampai akhirnya kita dipisahkan. Hanya berbeda kelas namun sangat menyakitkan untuku, atau mungkin kamu juga? Amarah dan kekecewaan atas takdir membuat kita memilih untuk lebih lama untuk berdiam.
Allah melihat, melihat bagaimana kacaunya kita. Tapi Allahpun mendengar bagaimana tangis penuh harap dua manusia yang saling mendoakan. Kita merasa ini musibah, bagiNya ini adalah hadiah. Sadarkah? Ujian kemarin memang sangat menyakitkan, namun juga sangat berarti. Bukankah dalam diam kita saling berfikir? Bukankah dalam perih kita semakin sering merindu? Bahkan doa semakin dalam terucap.
Aku kagum dengan kesabaranmu yang luar biasa. Istiqomahmu atas aku bukan sekedar manis dimulut. Lagi-lagi kamu berhasil memadamkan apiku. Hanya dengan tatapan mata itu. Yang sampai saat ini masih terbayang ditiap kedipanku.
Mungkin api sering mencairkan es. Namun air mampu kembali menjadi es. Karna itulah, you gonna be my ice forever.
Aku masih harus banyak belajar dari kamu. Kamu layaknya buku yang tak berujung. Tiap lembar penuh hal hal baru yang asing namun menarik. Buku unik yang tak sembarang orang berani membacanya. Tapi aku akan terus membaca buku itu. Jadi biarkan aku membacamu, dengan caraku.
Terimakasih, untuk semua masalah yang pernah ada bahkan luka terdalam yang kamu rasakan kamu terus berkata "aku belum lelah berjuang"
Rabu, 01 Juli 2015
A Secret Accident for Allah and I
Di dalam hening malam, ku ungkapkan segala penat kehidupan ini pada Mu ya Rabb ku.
Air mata yang terus mengalir membasahi pipi, seolah tak cukup untuk mengungkapkan semua yang kurasakan.
Entahlah, semenjak kejadian itu aku hanya merasakan kesendirian yang teramat sangat meski dalam keramaian.
Karna tak akan ada yang mengerti bahkan dia sekalipun.
Ingin cepat aku pergi dari tempat itu dan menceritakan semuanya padaMu, meski Engkau tentu sudah tau.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, aku sadar aku tak boleh seperti ini terus.
Aku mulai berpikir bahwa mungkin ini adalah caraMu menjagaku.
Dan ketikua aku pulang dan berada dalam kesendirian, mulai kutemukan ketenangan dalam dekatku pada Mu.
Mulai kurasakan dekapanMu yang dulu tak pernah kurasakan ketika aku jauh dariMu.
Ini adalah sisi positif dari apa yang baru saja terjadi dengan hatiku atasnya.
Mungkin Engkau cemburu melihatku mencintai ciptaanMu dengan berlebihan.
Hingga Kau patahkan hatiku, agar aku kembali berharap padaMu.
Satu yang selalu aku minta pada Mu ya Rabb ku, Kelak buatlah aku bersyukur atas apa yang terjadi saat ini.
Karena aku percaya bahwa janjiMu itu pasti.
Karna aku yakin jalanMu adalah yang terbaik.
Tapi, izinkan aku bertanya satu hal padaMu. Kapan namanya akan berhenti terucap dalam sujudku?
Air mata yang terus mengalir membasahi pipi, seolah tak cukup untuk mengungkapkan semua yang kurasakan.
Entahlah, semenjak kejadian itu aku hanya merasakan kesendirian yang teramat sangat meski dalam keramaian.
Karna tak akan ada yang mengerti bahkan dia sekalipun.
Ingin cepat aku pergi dari tempat itu dan menceritakan semuanya padaMu, meski Engkau tentu sudah tau.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, aku sadar aku tak boleh seperti ini terus.
Aku mulai berpikir bahwa mungkin ini adalah caraMu menjagaku.
Dan ketikua aku pulang dan berada dalam kesendirian, mulai kutemukan ketenangan dalam dekatku pada Mu.
Mulai kurasakan dekapanMu yang dulu tak pernah kurasakan ketika aku jauh dariMu.
Ini adalah sisi positif dari apa yang baru saja terjadi dengan hatiku atasnya.
Mungkin Engkau cemburu melihatku mencintai ciptaanMu dengan berlebihan.
Hingga Kau patahkan hatiku, agar aku kembali berharap padaMu.
Satu yang selalu aku minta pada Mu ya Rabb ku, Kelak buatlah aku bersyukur atas apa yang terjadi saat ini.
Karena aku percaya bahwa janjiMu itu pasti.
Karna aku yakin jalanMu adalah yang terbaik.
Tapi, izinkan aku bertanya satu hal padaMu. Kapan namanya akan berhenti terucap dalam sujudku?
Langganan:
Postingan (Atom)