Sulit untuk terlelap, sama sulitnya dengan menerka isi hatinya. Aku lelah menjadi wanita lemah. Aku tau tangisan tak mengubah apapun. Tapi tiap kucoba membaca asa nya, datang kembali perih di masa lalu. Mencintainya memang menyakitkan, tapi dia luka yang ku puja.
Terkadang aku malu kepadaMu, datang dengan mata penuh luka. Kadang aku takut, Kau lelah mendengar cerita yang selalu sama. Tapi, aku tidak memiliki rumah yang lain. Karna hanya didepanMu aku bisa mengutarakan seapa adanya aku berucap, menangis sesukaku, bercererita selama yang aku mau. Aku bisa merasakan belaian saat aku bersujud, pelukan saat aku bedoa. Meski aku yang hina sekalipun, Allah selalu ada.
Meski jawaban mengapa aku harus merasakan cinta sekarang belum kudapatkan hingga saat ini, aku menikmati tangisan demi tangisan dihadapanMu.
Mungkin diapun mulai lelah denganku, karna aku yang selalu berlebihan. Mungkin diapun mulai melihat banyak sisi baik diperempun-perempuan lain yang tidak ada di aku. Andai aku bisa berubah secepat yang aku mau. Mungkin dia tidak akan berubah seperti ini. Andai aku seperti wanita-wanita lain yang pernah hadir dihatinya dan dia kagumi, mungkin iapun akan memperlakukn aku layaknya putri seperti yg ia lakukan kepada mereka. Tapi apa daya, ternyata Allah menakdirkannya seperti ini. Kisah cinta pertamaku harus berakhir dengan keikhlasan. Aku adalah aku, hanya seseorang yang mencintainya. Bahkan dmatanya aku adalah aku, yang telah menghentikan langkahnya. Sejujurnya akupun merasa sejak awal, bahwa sikapnya bukanlah kesalahannya. Wajar ia deimikian karna memang aku buknlah seorang putri bahkan wanita di matanya, tapi maafkan lidah ini yang tak mampu untuk diam tak mampu untuk berkata apa yang dirasa oleh hati. Aku sadar ksatriaku mampu mendapatkan yang lebih tapi aku terlalu memenjarainya. Berpetualanglah kembali, karna tanpa akupun kamu tetaplah kamu. Sang ksatria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar